Amazingly Enough

Confession: I had watch 'You've Got Mail' so many times that I couldn't count with my finger anymore and I can almost follow every dialogues, without boring. And never will. Why? I don't know. So eventually anyone who read this blog now know that one of my three most favourite movies is this movie.

And in this movie, there is this two words used, 'amazingly enough'. 

In that scene he refer to himself. Enough with all the lies. Enough with all the alasan. 

Sometimes I just wondering, don't I have enough with this movie that I don't have to watch it anymore? 

I remember this one Hallmark movie, 'Cloudy with a Chance of Love', ada satu conversation antara A dan B:
A: You have everything! You get the attention! And now you want to ruin my live! Don't you have enough?
B: Well, I don't know. What is enough? 
[Lebih kurang lah, takdelah ingat sebijik sedebuk tepat. Ini semestinya hasil tengok lebih daripada dua kali] 

What is enough? Deep.

Kadang kala dalam kehidupan seharian kita, kita tak tahu pun apa yang kita kerjakan. Why we do things, until when we want to do things. When we should stop, or give up? 
Yes, there should be level to set for everything. So we don't overdoing things.

But, what kind of level?
And actually betulkah semua perkara ada ending-nya? 

Menurut Merriam- Webster, enough is defined by 'occurring in such quantityquality, or scope as to fully meetdemandsneeds, or expectations' atau yang sinonim dengannya ialah sufficient. 

Tapi antara fundamental things yang would never enough in our lives are including:
- Mencari redha Allah
- Mohon keampunan daripada Allah
- Zikir dan selawat
- Menuntut ilmu.

Dan of course those are just some of lot more. 

But what I focused more into are enough lying to our own selves, enough on being an ignorant, enough with too much lagha (spending your time with something non beneficial) 

Sometimes, we tend to believe or want to do something or to think something that impossible to us. Let us agree on one thing, we are all human, and human power has its own limit. We being too confident that we will manage to do one impossible task. Or some in the society doesn't like your behaviour, your character, you annoyed them but you just say to yourself that they are just jealous and they simply blind and you think you are actually better. But you are not. You are actually in the worse version of yourself but you just too ignorant to notice. Or too young, too dumb, too naive to realise that some people just simply doesn't like you. You pretend that you don't care but you know, somehow someday you really need to stop, except that you don't know when is the right time to stop. How, you will have the strength to stop. 

Cerita lain pula, saya yakin siapa yang kerap dan rajin online Facebook plus keeping own self up to date with the latest news rasa dah mula jengkel, jemu dan muak dengan apa yang berlaku di sekeliling kita. Di Malaysia. And we are actually dalam diam pun kita geram, mungkin kita tak tunjuk. Tapi kita tahu apa yang berlaku ni perlu berhenti. Cuma kita tak tahu macam mana nak hentikannya. Apa peranan kita?

Dalam masa yang sama pula, kita sendiri yang hanyut dengan lautan hedonisme. Hiburan yang berlebih-lebihan. Melalaikan. Mengkhayalkan. Memberi kesibukan kecil ke dalam dunia remaja dan muda yang sudah sedia ada sibuk dengan tanggungjawab sebagai seorang hamba, seorang ibu/bapa, seorang anak, seorang abang/kakak atau sebagai seorang adik. 
Sampai bila kita nak menghabiskan masa menonton TV sambil mengabaikan perkara lain?
Sampai bila kita nak bermain game tak keluar rumah, tak kenal keluarga, tak kenal jiran tetangga?
Sampai bila kita nak baca novel sambil berangan sepanjang hari? 
Sampai bila kita nak buat jahat kepada diri kita. Exhausting our mind and our soul? 

Bila difikirkan balik, about my very own self (lets agree that I simply is not perfect and I have my own problems in my attitude too) 
Kenapa kita tak tahu mana enough kita? Bila kita nak rasa enough dengan semua ni?
And I keep thinking until I came to an answer.

Bila kita makin dekat dengan Allah dan yakin akan ketetapan dia atas doa, usaha dan segala ikhtiar kita yang kita dah laksanakan. Sampai kita betul- betul dah bertawakal kepada Dia.
Sampai kita sedar yang kita bukan budak berusia 12 tahun lagi yang tiada kuasa nak buat apa-apa, sedangkan hendak ke tandas pun perlu minta kebenaran guru.
Sampai kita sedar yang sepatutnya semakin bertambah usia, semakin bertambah pengalaman, semakin kita matang. Semakin tahu kita ada banyak tanggungjawab. Tidak kisahlah kalau kita tidak se-matang orang lain yang sebaya kita, tapi kita menjadi lebih matang daripada 4 tahun yang lepas. 
Sampai kita sedar yang dunia ni dah tenat. Penyembuhnya sukar dicari yang memerlukan pengorbanan yang tinggi. Macam Percy Jackson dan sahabatnya yang bergadai nyawa untuk selamatkan dunia dan kem mereka dengan mencari 'Golden Fleece' di mana mereka harus berhadapan dengan Luke yang ingin menggunakan fleece tersebut untuk menghidupkan semula Kronos (yang pernah dikalahkan oleh dewa-dewa Greek I think including Poseidon, ayah kepada Percy)
Cuma pengorbanan kita berbeza. Masa dan tenaga terutamanya.

Tapi sayang, kita masih belum puas bermain-main. 
Kita masih belum puas menghiburkan diri secara berlebihan.
Kita masih belum puas berangan bahawa dunia sentiasa aman.

Dunia bukan novel. Sedangkan dalam novel pun banyak konflik, apatah lagi dunia sebenar.

Amazingly enough. 
I think it is the time for us to pause, or stop whatever we are doing right now, take a deep breath, make yourself in comfort and think, what should I do next? What am I capable to do? Where should I start? What in this moment that I have to stop?

And we push the play button again. Acting like who we are suppose to act. 

I'm saying all this just because I realised how immature I have been. A real immature. How? By stalking my old FB posts and activities, together with blog entries.

Sometimes I ashamed that how I manage acting foolish. Seeking for attention. 

After all, I realised that I just being selfish. 

Lets change that shall we. 

Seeru 'ala barakatillah. 

Comments

Post a Comment